SYNOPSIS
TENTANG KANJENG RATU KEDATON DAN ANAKNYA KANJENG GUSTI PANGERAN MUHAMMAD GELAR GUSTI PANGERAN HARYO
SURYENGALOGO.
S
IAPA MEREKA DAN MENGAPA MAKAMNYA ADA DI MANADO.
1.
ASAL USUL / SILSILAH
Tentang
Sultan Hamengku Buwono ke V.
Pada
tahun 1820 Gusti Kanjeng Ratu Kencana permaisuri Sultan HB IV melahirkan
seorang putera bernama Gusti Raden Mas Gathot Menol, ketika sang putera masih
berusia 3(tiga) tahun Kanjeng Sultan HB IV ayahanda GRM Gathot Menol wafat
sehingga pada tanggal 19 Desember 1823 GRM
Gathot Menol diangkat/dinobatkan menjadi Sultan Hamengku Buwono ke V, namun
dikarenakan sang putera masih kanak-kanak usianya masih sekitar 3 (tiga) Tahun, maka bersamaan dengan pengangkatan
tersebut dibentuk sebuah DEWAN PERWALIAN yang terdiri dari :
1.
Eyang
Puterinya.
2.
Ibunya,
yaitu GKR Ratu Kencana
3.
BPH
Panular
4.
BPH
Mangkubumi
5.
BPH
Diponegoro
Dengan
meletusnya perang Diponegoro maka Dewan Perwalian tersebut mengalami perubahan.
Sultan Hamengku Buwono ke II pada tahun 1926 kembali dari pengasingan dan
diangkat menjadi RAJA di Kesultanan Yogyakarta dengan maksud untuk meredam
perselisihan yang terjadi di dalam Keraton Kesultanan. Namun tidak lama
kemudian pada tahun 1828 Sri Sultan HB II wafat sehingga sekali lagi Gusti
Raden Mas Gathot Menol yang pada saat itu masih berusia 8 tahun diangkat
kembali untuk yang kedua kalinya menjadi Sultan HB V, dan bergelar, NGARSODALEM SAMPEYANDALEM HINGKANG SINUHUN
KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWONO, SENAPATI HING NGALAGA NGABDULRAHMAN SAYIDIN
PANATAGAMA KALIFATULAH HINGKANG JUMENENG KAPING GANGSAL ( V ).
Kemudian pada usia
20 tahun oleh Residen Falech diminta agar menikah karena dianggap sudah dewasa
dan memerintah Kesultanan sampai dengan tanggal
5 Juni 1855 beliau wafat karena
menderita sakit.
Siapakah
Kanjeng Ratu Kedaton itu.
GUSTI
KANJENG RATU KEDATON
permaisuri dari Sultan Hamengku Bowono ke V, adalah anak dari BENDORO PANGERAN HARYO SURYANINGALOGO,
sedang BPH. Suryaninganglogo ini adalah saudara dari BPH DIPONEGORO yang kita kenal dalam sejarah sebagai PANGERAN DIPONEGORO
bersama sama dengan KYAI MODJO berperang melawan Belanda,
mereka ini adalah anak dari Sultan Hamengku Buwono ke III atau saudara
laki-laki dari Sultan Hamengku Buwono ke IV.
Pada saat Sultan
Hamengku Buwono ke V wafat, beliau belum mempunyai anak laki-laki sebagai
pewaris kesultanan, karena anak-2 nya yang ada, semuanya wanita, sedang
permaisuri yaitu GK Ratu Kedaton sedang hamil tua, yang kemudian 13 hari
setelah Sultan HB V wafat, melahirkan seorang anak laki-laki dan anak
tersebut di beri nama Gusti Muhammad,
dimana setelah berumur 12 tahun mendapat gelar Gusti Pangeran Suryengalogo.
Oleh karena Gusti
Muhammad masih bayi, dan untuk mengisi kekosongan tahta kesultanan maka diangkatlah
Pangeran Mangkubumi yaitu adik dari Sultan HB V menjadi Sultan Hamengku Buwono
ke VI, dengan persyaratan bahwa apabila Gusti Muhammad ini setelah dewasa akan
diangkat menjadi Sultan Hamengku Buwono ke VII.
Setelah BPH
Diponegoro, BPH Suryengalogo dan BPH.Kusumanagara wafat (beliau-2 adalah para
pangeran yang berpihak kepada GPH Muhammad agar GPH Muhammad diangkat menjadi
Sultan HB VII, orang tua dan paman Gusti Kanjeng Ratu Kedaton yang di takuti oleh Sultan HB VI), Sultan HB VI mengambil kesempatan itu untuk
mengambil keputusan mengangkat salah satu dari anaknya yaitu Kanjeng Pangeran
Ngabehi menjadi putera Mahkota dengan gelar Pangeran Dipati Anom Amangku
Negari.
2. ASAL MUASAL KEMARAHAN TERHADAP
KOMPENI
Kejadian
itu membuat tidak senangnya sang Prameswari (GK.Ratu Kedaton), maka sang
Prameswari menghadap Residen Wohendorf
untuk melaporkan dan menanyakan bagaimana perihal tersebut dapat terjadi
seperti itu, dan ternyata oleh Residen, sang Prameswari dan Gusti Pangeran
Muhammad dinyatakan/dianggap tidak
bersahabat dengan belanda karena pamannya adalah seorang pemberontak
(BPH.Diponegoro dll) serta sering bersekutu dengan para “orang
dusun” yang mengaku Kyai-Ulama, seorang guru yang dianggap sering
mengajak membuat keributan/kerusuhan, semuanya itu merupakan pelanggaran
terhadap artikel/peraturan Gupermin/Belanda, dan membahayakan posisi kompeni di
negeri Yogyakarta.
Hal
itu di akui oleh sang Prameswari karena “orang dusun” itu datang atas kehendak
sendiri dan merasa kasihan dengan nasib Prameswari serta Gusti Mohammad, mereka
itu merasa berhutang budi kepada Sultan HB V yang sering membantu mereka, dan
ingin membalas budi dengan memberikan perhatian terhadap Prameswari dan Gusti
Muhammad. Akan tetapi oleh Residen hal itu tetap di anggap melanggar aturan
Gupermen.
Sultan
HB VI akhirnya meninggal dan Pangeran Dipati Anom Amangku Negari segera
diwisuda menjadi Sultan Hamengku Buwono ke VII atas kehendak K.Tuan Gubernur
Jendral (di Bogor) bersama pemerintah Belanda, dan Surat Pengangkatannya di
kirim ke Jogyakarta di sampaikan kepada Residen dan dengan upacara kesultanan
diiringi salvo 3 x maka resmilah penobatan Pangeran Dipati Anom Amangku Negari
menjadi Sultan HB VII.
2
tahun sebelum penobatan Sultan HB VII, Bendoro Pangeran Haryo Hadiwijoyo adik
Sultan HB VII di pindahkan ke Manado karena dianggap membenci tindakan baginda
Sultan HB VII.
3.
MULAI ADANYA KERESAHAN DI ISTANA KESULTANAN YOGYAKARTA.
Dengan adanya peristiwa
itu maka terjadilah keresahan di dalam istana, GPH Muhammad ataupun Pangeran
Suryengalogo bersama sama dengan “orang dusun” yaitu HAJI ISTAT dan kawankawan mulai mebicarakan untuk menghimpun
kekuatan dan ternyata ada kesanggupan kurang lebih dua ribu laskar desa siap
untuk membela.Prameswari dan Pangeran Suryengalogo.
Terjadilah
penghimpunan “orang dusun” beserta beberapa pangeran dan para abdi keraton yang
telah siap sedia untuk memulai perang, seandainya diputuskan untuk memulai
peperangan dan pada akhirnya terhimpun sudah kira-2 3000 laskar.
4. . ADANYA USULAN UNTUK MELAWAN/MEMBERONTAK.
Residen Wohendorf diganti
oleh Residen Bevembag dari Magelang.
Dalam
pemerintahan Sultan HB VII, putra beliau yang masih berusia 7 tahun, Pangeran
Khadiyat di angkatlah sebagai putra mahkota dengan gelar Kanjeng Gusti Pangeran
Dipati Anom Mangkunegara, calon pewaris tahta kerajaan Yogyakarta sebagai calon
Sultan HB VIII.
Hal
ini menambah keresahan di kalangan Prameswari dan Pangeran Suryengalogo, dan
selama ini mereka sudah menanti keadilan raja bagi mereka tak kunjung tiba,
pupuslah sudah harapan untuk mendapatkan keadilan, dan itu semuanya Residen Bevembag lah yang telah mengaturnya
demi
ketentraman Negara/kompeni, Tetapi mereka tetap mencoba untuk menuntut
keadilan melalui jalur hukum Gupermen yaitu Residen, di Magelang, apabila gagal
beralih ke Rat van Yustisi di Semarang, apabila gagal juga dan Residen marah
maka mereka akan angkat senjata, apa
lagi dibantu oleh 500 prajurit yang telah bosan disuruh melakukan kerja paksa,
siap membela Prameswari dan Pangeran Suryengalogo.
Ditambah
dengan berpihaknya para pangeran adik-adik dari GK.Ratu Kedaton, cucu Sultan HB
III
5. TERJADINYA PERANG GERILYA MAUPUN
TERBUKA.
Maka
mulailah mereka menyusun strategi untuk memulai perang, mereka keluar kota Yogyakarta berangkat
ke Magelang dengan membawa perbekalan yang banyak berupa harta benda dan
peralatan perang.
Sang
Prameswari dan Gusti Muhammad beserta 2 istrinya yaitu Dyah Retnaningsih yang
sudah punya 1 putri yaitu umur 2 tahun bernama Dyah Ajeng Mariyah, dan istri
keduanya Dyah Ayu Dayaningsih menaiki 1 kereta, dan yang lainnya naik kereta
yang lain.
Mereka,
rombongan Prameswari dan GPH.Muhammad telah berjanji untuk melakukan pertemuan
dengan rombongan Haji Istat dan yang lainnya di Kricak/ Magelang.
6. ADANYA PENGKHIANATAN
Tetapi rupanya gerakan/kegiatan mereka
sudah di ketahui oleh yang berwajib, dan ada beberapa pengikut yang semula akan
membantu malahan berhianat dan mencuri harta dan lari menyelamatkan diri, maka
atas perrintah Sultan HB VII semua kejadian/gerakan itu segera dilaporkan
kepada Residen Bevembag.
7. DITANGKAPANYA SANG RATU DAN
ANAKNYA OLEH BELANDA.
Residen
segera memerintahkan Litnan Khun untuk menangkap Prameswari/GK. Ratu Kedaton
dan GPH. Muhammad hidup atau mati.
Dengan
melalui perang dengan strategi berpecahkan front GK.Ratu Kedaton dan
GPH.Seryengalogo, meskipun berhasil mengalahkan Usar perajurit kesayangan
Residen, tetapi pada akhirnya mereka kalah perang dan di tangkap dan di bawa
kembali ke Jogyakarta. Untuk di adili.
8. DIADILI
Kemudian
sang Prameswari dan Gusti P,Muhammad di putuskan bersalah telah memberontak dan “DIPINDAHKAN DARI YOGYAKARTA KE MANADO SELEBES”.
Dengan
Surat Keputusan dari Kesultanan Yogyakarta
HB VII yang disampaikan melalui Dipati Danureja dan Residen
Befembag berbunyi sebagai berikut :
“Surat
Peringatanku aku Kanjeng Narendra, yang menguasai negeri Kerajaan Ngayogya,
sabdaku ini : Tuan Kanjeng Prameswari dan Kangmas Pangeran Suryengalogo berdua,
aku pindahkan dari negeri Ngayogya ke negeri Menado, sebab uwa, kangmas berani
membangkang (mbalelo) pada Raja. Pergi dari kota tanpa pamit, serta berbuat
perang sabil; membunuh perajurit Usar, abdi Kanjeng Gupermen Belanda. Karena
itu Kangmas serta Uwa Jeng Prameswari kesalahan membangkang pemerintahan Raja.
Tanggal 11 April 1883.”
Haji
Istat di cari-2 untuk di tangkap, tetapi tidak ada yang berani karena haji
Istat terkenal sakti, tetapi setelah anak, menantu dan cucunya di sandera oleh
pasukan Kompeni dan Kesultanan, akhirnya haji Istat kembali pulang kerumah dan
di upayakan untuk di tangkap, sebelum di tangkap beliau sempat bertempur
melawan 70 orang dan ke 70 orang itu akhirnya tewas, kemudian haji Istat di
tembak, dan akhirnya wafat.
9.
DI BUANG/DIPINDAHKAN KE MANADO, TINGGAL BERSAMA DENGAN MEREKA YANG SUDAH ADA DAN MENETAP DI MANADO.
Dengan
berdasarkan Surat Keputusan dari Kesultanan tersebut diatas Prameswari dan GPH
Muhammad dan istri pertama berikut anaknya, dan juga semua pengikut-2nya,
berangkat dengan diantar oleh Residen untuk naik kapal laut dari Semarang
menuju Manado.
Di
Manado bertemu dengan saudara-saudaranya yang telah lebih dahulu di pindahkan
dari Yogyakarta ke Manado, yaitu Bendoro Pangeran Haryo Hadiwijoyo saudara dari sultan HB VII, anak
Sultan HB VI, beserta istri dan anaknya, menjemput rombongan dari Jogyakarta di
kapal dan mempersilahkan agar Prameswari dan GPH.Muhammad menempati rumah
mereka. Di kampung Pondol. Dan juga mereka, Prameswari dan
GPH.Muhammad/Suryengalogo beserta seluruh pengikut-2nya di jamu oleh Residen
Manado.
10.
BERANAK CUCU DI MANADO.
KGH
Muhammad/Suryengalogo, 4 tahun kemudian memanggil istri keduanya yaitu Raden
Ayu Dayaningsih yang ada di Yogyakarta untuk tinggal di Manado, dan setahun
kemudian mempunyai 1 anak laki-laki yang elok rupanya. Tetapi Raden Ayu
Dayaningsih cepat meninggalkan segala-galanya.
KGH.
Muhammad/Suryengalogo akhirnya wafat di Manado pada tanggal 12 Januari 1904.
Setelah KGH.Suryengalogo meninggal dunia, GK.Ratu Kedaton di belikan rumah oleh
Sultan HB VII untuk di tempati oleh GK. Ratu Kedaton bersama anak-2 dan cucu-2
nya. (Kanjeng Bendoro Pangeran Haryo Hadiwijoyo sudah dianggap sebagai anaknya
sendiri oleh GK. Ratu Kedaton, apa lagi setelah KGH. Muhammad meninggal dunia.)
Kanjeng
Bendoro Pangeran Haryo Hadiwijoyo pun akhirnya meninggal dunia dan dimakamkan
di Manado, tetapi kemudian oleh para keturunannya makamnya di pindahkan ke
Yogyakarta.
Adapun
Anak-anaknya KGH.Muhammad adalah :
1. Raden
Ayu Siti Mariyah V.9.1
2. Raden
Mas Abdulradjak V.9.2
3. Raden
Ajeng Jenab V.9.3
4. Raden
Ajeng Maemunah V.9.4
5. Raden
Ajeng Katijah V.9.5
6. Raden
Mas Sleman (Sulaeman) V.9.6
7. Raden
Mas Sayid V.9.7
8. Raden
Ayu Siti Salamah V.9.8
1.
Anak yang pertama R.Ay. Siti Mariyah meninggal dan dimakamkan di Manado.
2.
Anak yang ke dua meninggal di Manado dan anak-anaknya sebagai berikut :
Adapun anak-anaknya R.M. Abdul Radjak
adalah :
1. Raden Ayu Santima X Ismangun Modjo
V.9.2.1
2. Raden Ayu Soetimah X Abudi Junus
V.9.2.2
3. Raden Mas Soeyadi X Mien V.9.2.3
4. Raden Ayu Soemiati X Soetardjo V.9.2.4
5. Raden Ayu Soekartini X
Prof.dr.Soeroso V.9.2.5
6. Raden Ajeng Poedjiastoeti V.9.2.6
meninggal waktu kecil di Manado
7. Raden Ayu Soemarsinah X Moestiono V.9.2.7
8. Raden Ayu Soemarni V.9.2.8
9.
Raden
Mas Soewardi X Eliaty # V.9.2.9
10. Raden Mas Soebronto X Anna V.9.2.10
11. Raden Mas Soebandi V.9.2.11 meninggal di
Manado
3. Anak yang nomor
3 s/d 5 meninggal dan di makamkan di Kediri Jawa Timur.
4. Anak yang nomor
6 meninggal di Manado pada waktu masih kecil.
5.
Anak yang nomor 7 meninggal di Manado.
Adapun anak-anak
Raden Mas Sayidin Abdul Karnaen adalah sbb:
1. Raden Ayu Sutini V.9.7.1
2. Raden Ayu Sutilah Ramly V.9.7.2
3. Raden Mas Panji Amdarumudiono V.9.7.3
4. Raden Mas Ir.Kendarsi V.9.7.4
5. Raden Mas Sudibyo Rahardjo V.9.7.5
6. Raden Ayu Isti Rohani Parwoto V.9.7.6
7. Raden Mas Purnomo Roeslan V.9.7.7
8. Raden Ayu Sumardiana Rumambi V.9.7.8
9. Raden Mas Santoso V.9.7.9
6. Anak yang nomor 8 meninggal di Jakarta,
Adapun anaknya hanya 1 yaitu :
1. Raden Ajeng Anie V.9.8.1
Adapun GK.Ratu
Kedaton wafat pada tanggal 24 Mei 1916 dan di makamkan di Manado disamping
pusara anaknya GPH.Muhammad gelar GPH. Suryengalogo.
11.
PARA KETURUNANNYA SEKARANG MASIH ADA YANG BERTEMPAT TINGGAL DI MANADO DAN JUGA
SUDAH BANYAK TERSEBAR DI SELURUH INDONESIA.
Demikian sekelumit sejarah singkat
tentang siapa dan mengapa seorang Permaisuri Raja Kesultanan Yogyakarta yang ke
V beserta anaknya wafat dan di makamkan di Manado.
Terima kasih. Mas2012
Sumber
: -
Suatu kenang-kenangan
dari Eyang Buyut RM Banteng Kusumadiharja
Babat
Ngayogyakarta HB V
Kanjeng Ratu sekar kedaton dan Gusti Timur Muhamad suryengalogo, semoga mendapat terbaik disisi Alloh SWT.
BalasHapusAda penyimpangan garis keturunan berarti di Kraton Yogyakarta Suksesi HB V ke HB VI.
Apa ada data atau daftar mereka yang turut dibuang ke manado baik sebelum atau bersama dengan GPH Sinuwun? Ada kemungkinan buyut saya salah satu termasuk disitu......salam dari kami katurunan kerabat HB ke V di manado.....
BalasHapusKlo putranya dayaningsih kemana ya
BalasHapusSaya kurang tau mas......
HapusNo wa saya 082249034753.
BalasHapus081343679118
HapusKami katurunan yang masih tetap tinggal dimanado adalah dari RM. Soepredjo, dimana eyang putri saya R.Ngt. Soetinah Soepredjo Menurut penuturan masih bersaudara dengan Gusti Kencono. Sayangnya semua peninggalan yang ada hancur karena perang....
BalasHapusSalam kenal. Saya keturunan dari Gusti Hadiwijoyo. Meski jasad eyang sudah dimakamkan kembali di Jogja, tapi makam beliau di Manado masih dipertahankan.
HapusSalam sehat dan salam kenal balik juga mas dari kami keturunan Raden Bei Padmorejo/Padmopernoto......astana eyangnya mas yang di manado masih terawat dengan baik sampai saat ini.......
HapusSalam sehat tuk seluruh keluarga. Dalam waktu dekat akan saya hubungi. Ada silsilah yang mau saya tunjukkan. Rahayu
HapusMasih ada yg harus diluruskan dari catetan diatas. Krn ini menyangkut sejarah. Pertama, HB V tidak meninggal karena sakit tetapi meninggal krn dibunuh oleh selir beliau krn konspirasi tahta. Kedua, putra sinuwun HB V yaitu BRM Timur Muhammad bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Suryo ing Ngalogo. Beliau dan ibunya diasingkan oleh Belanda krn perintah HB VI (konspirasi tahta). Ketiga, BRM Timur Muhammad tidak pernah menghasut rakyat utk memberontak terhadap Keraton Ngayugjokarto. Cerita pemberontakan itu sengaja disebarkan oleh pihak keraton utk memfitnah BRM Timur Muhammad
BalasHapusBoleh kemukakan sumbernya mas? Krn saya percaya hal yg sama, hanya masih bersifat asumsi krn belum ktemu dgn sebarang data sokongan.
HapusSemua akibat konspirasi Belanda untuk terus berkuasa di Indonesia
BalasHapus